Lintas Waktu
Di alun-alun waktu yang tak terhingga,
Kita mulai perjalanan hidup yang panjang.
Dengan langkah-langkah ringan seperti embun pagi,
Melangkah melintasi lembah dan bukit,
Menuju matahari terbit dalam hati.
Pertama, kita belajar berjalan dengan merangkak,
Di taman kecil kebahagiaan anak-anak.
Matahari terbit adalah senyuman ibu,
Dalam pelukan kasih sayang yang tak terhingga.
Di sini, cinta tumbuh seperti bunga yang merekah.
Tak terasa, kita menjejakkan kaki di jalan sekolah,
Buku-buku tebal menjadi teman setia.
Gurumu, penyemai ilmu di kebun pengetahuan,
Dengan pena dan buku, kita bertani mimpi.
Di sini, cita-cita mengukir awal perjalanan.
Remaja datang dengan riuh rendahnya,
Pertanyaan-pertanyaan tentang identitas diri.
Jalanan yang bercabang, pilihan di tangan,
Menuju ke mana langkah ini akan membawa?
Dalam kegalauan, kita mencari jawaban.
Perjalanan tak melulu melalui jalur yang rata,
Ada tikungan tajam dan tanjakan curam.
Kegagalan, teman setia di perjalanan ini,
Mengajarkan kita tentang ketahanan dan keberanian.
Di sini, kita belajar bangkit dari kegagalan.
Cinta datang sebagai hujan di musim semi,
Mengembangkan bunga-bunga di taman hati.
Pernikahan, perjumpaan dua jiwa yang seirama,
Membangun rumah tangga sebagai benteng cinta.
Di sini, kita belajar tentang pengorbanan.
Bertambahnya usia, serasa seperti kisah yang berjalan cepat,
Anak-anak tumbuh sebagai penerus perjalanan ini.
Penuh tanggung jawab, kita memimpin generasi,
Memberikan teladan tentang arti hidup.
Di sini, kita mewariskan nilai-nilai kehidupan.
Matahari terbenam memancarkan keindahan warna,
Sebagai penutup perjalanan yang panjang.
Namun, perjalanan tak berakhir di sini,
Ada bintang-bintang di malam yang masih menanti.
Di sana, kita menemukan keabadian dalam kenangan.
Perjalanan hidup yang panjang, penuh warna,
Dengan pelajaran di setiap langkahnya.
Dalam ketulusan dan keikhlasan,
Kita menyusuri jalan menuju kehidupan abadi.
Hingga akhirnya, kita kembali ke alun-alun waktu,
Mengakhiri perjalanan dengan damai di hati.